Selasa, 10 November 2015

Sesuatu Yang Membuatku Berhenti Mencari

Aku adalah lulusan S1 Psikolgi di sebuah Universitas swasta di Kota Yogyakarta, di bulan September 2013 aku lulus. Alhamdulillah aku tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan pekerjaan. Sambil nunggu wisuda aku ditawari menjadi asisten dosen mata kuliah Inventory, praktikum menggunakan alat-alat tes psikologi. Setelah wisuda pun aku diminta oleh dekan ku untuk membantu mengurus Biro Psikologi di kampusku, waktu itu kampusku baru saja membuka Biro Psikologi sebagai wadah aspirasi mahasiswa, namanya Student Service. Kampusku belum menjadi kampus terpadu sehingga masih terpisah per fakultasnya di 3 lokasi. waktu itu aku diamanahkan untuk menjadi sekretaris di student service kampus 2. Aku sangat bersyukur tidak mengalami fase menganggur setelah kelulusan. Hari-hari aku lalui sebagai sekretaris yang job desknya enak, melayani konsultasi, menampung aspirasi mahasiswa dan merekap hasil psikotes. jam kerjanya pun pada jam 08.00-14.00. Setelah sekitar 1,5 tahun tiba-tiba aku merasa jenuh akan pekerjaan yang begitu saja, aku ingin sebuah tantangan dan pekerjaan yang bisa membuat kemampuan dan pengetahuanku bertambah. Ditambah rekan kerja yang menurutku tidak apa adanya, meski tempat kerja kami berbeda tapi sebagai sekretaris kami sering berkumpul untuk makan siang, cerita berbagai hal termasuk pekerjaan kami. Saat bersamaku temanku sering sekali menjelekkan atasan mengenai beban kerja, kurang pengertian, gaji dan sebagainya. Namun ketika sedang atasan selalu bersikap manis. Mungkin di dunia pekerjaan hal tersebut sudah biasa tapi menurutku hal itu sangat munafik dan tidak apa adanya. Entahlah... sepertinya itu tidak sesuai dengan naluri dan kepribadianku.

Kampusku adalah kampus swasta yang umum, maksudnya tidak ada embel-embel Islaminya dan meski diantara kami banyak yang menggunakan jilbab namun seringkali kudapati ada yang tidak melaksanakan kewajiban sebagai umat islam, seperti sholat dan puasa ramadhan, padahal hal itu adalah sebuah kewajiban. Temanku misalnya, setiap memasuki waktu sholat dia sepertinya enggan berwudhu dan malah mempersilahkanku, katanya "aku enggak" meski aku tau dia sedang tidak haid. Bahkan sering dia menungguku ketika sedang sholat. Puasa Ramadhan misalnya juga, dia juga jarang melaksanakan puasa, ketika jam makan siang dan dia tau aku sedang haid malah ikut makan siang bareng. Aku tau setiap manusia bertanggungjawab atas perbuatannya masing-masing, tapi itu kan kewajiban, kenapa untuk hal yang sifatnya wajib masih belum bisa melaksanakan...? Akhir Januari 2015 kuputuskan untuk resign dari tempatku bekerja dengan diwarnai dengan drama. Awalnya atasanku tidak menyetujuinya, katanya belum menemukan seseorang yang bisa dipercaya tetapi disisi lain aku juga harus berani mengambil keputusan yang terbaik. 

Bulan Februari 2015 aku resmi diterima bekerja di salah satu Lembaga Bimbingan Pendidikan Islami di kota Yogyakarta. Di tempat kerjaku yang baru banyak sekali pengalaman yang ku peroleh. Teman dari berbagai latar belakang jurusan pendidikan, dan kebanyakan berasal dari kampus yang berlabel Islam. Seperti jurusan Sastra Arab, Tafsir hadist, Tarbiyah, Dakwah, Hukum Islam, Bimbingan dan Konseling Islam, PGMI dan sebagainya. Kantor kami berada disamping masjid dan ketika adzan kami pun langsung menuju masjid untuk melaksanakan sholat. Kami saling menghargai perbedaan, tidak saling menjelekkan, kami tidak ada yang sempurna, kami saling mengingatkan dan saling melengkapi. Aku tidak mengatakan di tempat kerjaku yang dulu tidak baik, bagaimanapun juga disana banyak ilmu yang telah aku dapatkan. Tapi ditempatku yang baru adalah tempat bekerja yang sesuai dengan diriku, apa yang aku mau. Dan disini aku merasa berhenti mencari pekerjaan yang lain, aku belum mempunyai niat untuk mencari pekerjaan yang lain.

Apa yang mesti dicari lagi selain sesuatu yang membuat kita lebih mengenal dengan Allah, lebih taat kepada Allah...? Bukan besarnya gaji, tingginya posisi dan nama dimana kita bekerja, tetapi lebih dari itu, adalah tempat dimana kita bisa diterima apa adanya kita dan menghargai kita disitulah kita bisa merasakan kenyamanan dalam bekerja. 

11 November 2015
16.47
ditemani rintik hujan dan seporsi batagor

Minggu, 01 November 2015

...HIJRAH.. 

Cerita ini dimulai ketika Allah mengambil satu persatu apa yang telah Dia titipkan kepadaku. Tapi aku yakin apapun yang Allah beri adalah yang terbaik.

Aku terlahir sebagai anak tunggal, kata banyak orang menjadi anak tunggal itu pasti enak, mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua yang penuh, dilimpahi berbagai fasilitas dan sebagainya, tetapi sisi lain dari itu semua menjadi anak tunggal memiliki tanggung jawab yang sangat besar, anak tunggal adalah satu2nya harapan dan penerus keluarga, dari kecil aku selalu dididik untuk terus berusaha menjadi yang terbaik dan membuat keluarga bangga..

Suatu saat pada tahun 2005 ketika aku sepulang sekolah kelas 2 SMP aku mendapat kabar yang sangat mengejutkanku, bahwa ayahku jatuh terpeleset dan sudah dibawa ke rumah sakit daerah di kotaku, hatiku gelisah membayangkannya, dan tetanggaku yang datang menenangkanku dan mengajakku untuk menjenguk ayahku di rumah sakit. Selepas ganti baju dan sampai didepan rumah diriku dikejutkan oleh datangnya mobil ambulance, tubuhku langsung lemas pingsan dan kurasakan beberapa tetangga membopongku ke kamar dan meminyakiku dengan minyak kayu putih agar aku lekas siuman. Setelah siuman dengan tergopoh2 aku langsung berjalan ke depan rumah dan aku mendengar bahwa ayahku telah dipanggil oleh Allah, aku berteriak dan ku peluk ibuku yang saat itu sedang mengidap sakit stroke selama kurang lebih 7 tahun.  Saat itu untuk pertama kalinya aku kehilangan salah satu pelita hidupku.. Sosok yang selama ini melindungiku, menjadi panutanku...

Selepas ayah tiada hari2 kulalui dengan tinggal bersama ibu dan kakekku. Aku selalu berharap dan berdoa agar Allah memberi kesembuhan untuk ibuku yang mengidap sakit stroke selama hampir 7 tahun, tidak ada yang sangat aku inginkan selain kesembuhan ibuku. Aku sangat menyayangi ibuku. Hari2 kulalui dengan merawat ibuku dari mulai menyuapi, mandi, menuntun berjalan. Hal yang paling membuatku sedih ketika suatu saat aku mendapati ibuku jatuh, batinku menjerit dan hatiku sakit sekali melihat orang yang aku sayangi tidak berdaya didepanku. Tapi aku sangat beruntung kakekku, pakdhe dan budhe juga sangat menyayangi ibuku, mereka merawat ibuku dengan penuh cinta kasih. Aku selalu yakin bahwa Allah memberikan yang terbaik untukku.

Tahun 2007 bulan september ketika sku kelas 2 SMK... Allah berkata lain lagi, Allah mengambil titipan Nya, yaitu ibuku, seseorang yang paling aku sayangi di dunia ini. Tidak sempat keluargaku mencari obat untuk ibuku Allah ternyata lebih sayang kepada beliau. Pelita hidupku, malaikat penjagaku, tempat diriku berbagi keluh kesah telah kembali kepada pemilik sejatinya. Pelita hidupku untuk yang kedua kalinya telah tiada. Hidupku terasa gelap, kosong dan sepi. Terlahir menjadi anak tunggal membuatku tidak terbiasa menceritakan apa yang ku rasa kepada orang lain, hanya ketika aku sholat dan menulis di buku diary aku bisa mencurahkan apa yang selama ini aku rasakan. Tapi aku selalu yakin Allah memberikan yang terbaik. Hari2 ku lalui dengan tinggal bersama kakekku , aku sangat menyayangi kakekku, sejak kecil saat ayah bekerja dan ibu masuk shift kerja pagi hari aku selalu diasuh oleh kakekku.

Tahun 2015 bulan Agustus... Lagi dan lagi Allah mengambil titipan Nya lagi, kakekku telah kembali kepada Nya. Untuk ketiga kalinya pelita hidupku telah tiada. Bingung dan tidak tau harus bagaimana, itu yang ku rasa. Kakekku meninggal di usia 98 tahun, disaat teman2 sebayaku telah menikah aku saat itu belum terpikirkan oleh sebuah pernikahan. Yang ada dipikiranku adalah merawat kakek, berbakti kepada kakek. Tapi Allah berkata lain lagi.  Dibalik itu semua aku sangat yakin kalau ketetapan Allah atas diriku adalah yang terbaik.

Pasca kakekku meninggal kini aku tinggal bersama pakdhe dan budhe, mereka sangat menyayangiku, memperlakukanku seperti anak mereka sendiri. Dan mereka sudah aku anggap seperti ayah dan ibuku. Ketika Allah mengambil apa yang ada dihidup kita Allah, pasti akan memberikan gantinya. Tak perlu aku ragu akan janji Nya.

Kamis, 15 Oktober 2015

Kamu hanya perlu mencari sesuatu yang membuatmu berhenti mencari...
Cinta, pekerjaan, passion atau apapun itu.
Cinta yang mau mengerti dan memahami, cinta yang mau menerima dirimu, cinta yang mampu membimbingmu tuk selalu menjadi lebih baik, cinta yang membuatmu lebih mengenal Pencipta mu...
Pekerjaan... Bukan sebatas besarnya rupiah yang diperoleh, bukan pula jabatan yang kata orang keren, tetapi lebih dari itu...
Kamu hanya perlu lingkungan yang baik, lingkungan yang menularkan sisi2 positif, lingkungan yang membuatmu menjadi lebih baik, lingkungan yang mampu mendekatkanmu pada Pencipta mu...

Disaat kamu menemukan sesuatu yang membuatmu menjadi lebih dekat dengan Pencipta mu, disaat itulah kamu berhenti mencari....

Senin, 21 November 2011

Aku Tak Pernah Lelah

Aku tak pernah lelah...
memikirkannya,
berharap dia mendapatkan segala hal yang terbaik,
mendo'akannya.
peduli kepadanya.
menyayanginya,
Apa aku pernah mengeluh jika aku telah lelah dengan semua ini...?
TIDAK PERNAH...!!!
Bahkan... berpikir untuk merasa lelah pun tidak.
Ketika banyak orang yang menertawakanku, aku tak peduli...!!!
Apa aku salah selama ini menyayanginya?
Kenapa?
Pada kenyataannya hanya ada dia di dalam hatiku, harapanku, memoriku.
Aku tak pernah lelah untuk mencintainya...
Entahlah sampai kapan aku mampu bertahan dengan semua ini.
Ketika cinta ini tak hanya melibatkan kedua pihak antara aku dan dia.
Tapi lebih dari itu...!!!
Cinta ini melibatkan orang-orang terdekatku dan terdekatnya.
Aku harap suatu saat mereka akan mengerti tentang cinta ini.
Bahwa aku mencintainya... dengan segala hal yang ada pada dirinya.

Jumat, 09 September 2011

Dear God

Tuhan...
Begitu baiknya kah diri Mu kepada Qu? Sehingga Kau memberikan ini kepada Qu?
Sulit, berat, sakit... tapi Qu akan selalu menerimanya.
Kau memberi ini karena Kau lebih tau seberapa kapasitas kesabaran dan keikhlasan Qu dalam menghadapi setiap ujuan dari Mu.
Senyuman... sepertinya bukan hanya sesuatu yang mengungkapkan sebuah kebahagiaan lagi, tapi lebih dari itu.
Yah... Hanya karena Qu cukup kuat untuk menghadapi ini semua.
Punya hak apa Qu? Sehingga diri ini meminta hal yang lebih? Mungkin hal-hal yang Qu sukai.
Padahal hal itu belum tentu baik untuk Qu menurut Mu.
Sungguh... Qu ini tak tau apa-apa tentang diri Qu, apa hal yang baik untuk Qu.
Tuhan... Sesungguhnya hanya Kau yang mengetahui apa hal-hal yang baik untuk Qu menurut Mu.
Tuhan... Berikanlah yang terbaik untuk Qu.
Bukan hal yang terbaik menurut pandangan Qu, tapi... hal-hal yang terbaik menurut pandangan Mu.


My Unconditional Love

Tak ada bosan-bosannya aku menulis tentangnya.

Aku tak peduli apa katanya atau orang lain, tapi apa salah jika aku mengungkapkan apa yang kurasa dalam sebuah catatan-catatan yang tak berarti ini?

Entahlah... seperti ada beribu-ribu kata tentangnya yang masih tersimpan di benakku.

Sebenarnya ingin ku ucapka tapi aku tak bisa, entah aku terlalu takut atau apa tapi yang jelas aku tak bisa.

Aku memiliki sebuah "rasa" kepadanya, dari dulu sebelum dia mengenal aku hingga sekarang.

"Rasa" itu masih saja tumbuh di dalam hatiku dan seolah-oleh berkembang.

Aku sendiripun tak tahu apa artinya ini semua, yang pasti "rasa" ini berbeda ketika bersamanya.

Yang kurasakan bersama dengannya itu menyenangkan dan membuatku nyaman, padahal baru pertama kali dekat dan bersama. Aku juga mungkin termasuk tipe-tipe orang yang sulit merasa nyaman ketika orang bersama orang baru. Tapi dia...? Dia orang baru buat ku, pertama kali dekat dan bersama. Tapi aku sudah mendapatkan kenyamanan bersamanya.

Yang kurasakan seakan-akan aku dan dia memiliki sebuah connection aneh yang aku sendiripun tak mengerti mengapa bisa seperti itu. Rasanya semua tentangku dan tentangnya itu saling nyambung-menyambung. Apa dia juga merasakan seperti yang kurasakan?

Aku bahkan masih peduli padanya dan menyayanginya meski rasa yang pernah dia beri untukku itu sekarang entah masih ada, berkurang, atau bahkan hilang dengan seiring berjalannya waktu dan hadirnya orang baru dihidupnya.

Tapi tak begitu denganku, rasa itu ternyata masih ada dan berkembang dihatiku.

Tak sadarkah "kau" seberapa besar rasa ini?
Tak sadarkah "kau" bahwa melihatmu sebentar saja itu mampu menenangkan hatiku?
Tak sadarkah "kau" bahwa aku masih mengingat semua tengangmu? Kesukaanmu dan harapanmu itu masih tersimpan didalam memoriku.
Tak sadarkah "kau" bahwa dirimu sering hadir disetiap mimpi-mimpiku?
Tak sadarkah "kau" bahwa dirimu selalu aku bangga-banggakan ketika aku bersama teman-temanku?
Tak sadarkah "kau bahwa seperti apa pandangan orang lain terhadapmu itu tak akan merubah apapun, termasuk perasaanku kepadamu?
Tak sadarkah "kau" bahwa aku menginginkan yang terbaik untuk dirimu?

Seseorang bertanya kepadaku "Apa sih hebatnya dia, sampai kamu tak bisa melupakannya?"
Dan akupun hanya bisa menjawab "Hatiku merasa cocok dengannya dan aku merasa nyaman dengannya."

Semua orang berhak menyayangi siapapun, tak salah dan tak dosa! Tapi jangan disalahkan jika rasa sayang itu masih ada dihati.

Mungkin aku terlalu egois karena ternyata dihatiku masih ada dirinya dan masih belum tergantikan. Bahkan untuk sekedar memberi kesempatan orang lain untuk mengisi hari-harikupun aku masih tak mau, rasanya dirinya masih terlalu berarti untuk tergantikan orang lain.

Aku mencintainya, maka aku melepasnya. Ada banyak hal yang tak bisa dimengerti dengan logika, termasuk caraku mencintainya.

Bukankah cinta itu selalu memberi tanpa mengharapkan balasan? Dan ketika cinta itu berbalas maka itu adalah anugerah.

Dari dulu aku mencintainya dan dia pun pernah membalasnya, tanpa dia tahu bahwa aku sudah dari dulu mencintainya. Cintaku padanya dulu utuh tak tersentuh oleh orang lain dan bahkan olehnya, tapi akhirnya dia mampu menyentuhnya, menyentuh "rasa" untuknya yang tersimpan sejak dulu.

Aku memang tak bisa melupakannya, seenggaknya buat sekarang.

Akupun tak menyalahkan jika "rasa" itu masih ada, berkurang atau bahkan hilang dihatinya karena aku tahu Alloh akan mudah bisa membolak-balikkan hati manusia meski aku menginginkan "rasa" itu masih ada didalam hatinya.

Jangan salahkan aku jika "rasa" itu masih ada dihatiku dan aku belumingin menghilangkannya. Biarlah waktu dan dengan kuasa Alloh yang menuntun kemana "rasa" ini akan berlabuh.



Satu Nama Yang Tertulis Untukku di Lauh Mahfudz


Siapakah nama itu dan siapakah pemiliknya?
Apa aku mengenalnya?
Siapakah dia?

Seseorang yang telah ditakdirkan untukku sejak aku berada dalam kandungan ibuku.
Seseorang yang namanya tertulis untukku di Lauh Mahfudz.
Seseorang yang akan mengikatku dalam mitsaqan ghaliza.
Seseorang yang kepadanyalah ladang surga akan aku dapat.

Aku pikir seseorang yang pernah mengisi hatiku, yang namanya tak perlu aku sebut adalah pemilik nama yang tlah Kau tuliskan untukku di Lauh Mahfudz.
Aku tak peduli jika telah ada wanita yang lebih dulu mengisi hatinya, tapi aku berharap aku akan menjadi yang terakhir buatnya dan dia akan menjadi yang terakhir buatku.

Aku pernah berharap jika suatu hari nanti dia adalah orang pertama dan terakhir yang mengikatku dalam mitsaqan ghaliza, tapi mungkin Alloh mempunyai rencana yang hanya Dia yang tahu.

Wahai pemilik nama yang namamu tlah tertulis di Lauh Mahfudz...
Aku merindukanmu dan aku penasaran siapa dirimu.
Aku masih menanti, menanti dengan sabar dan ikhlas.
Siapapun dia aku yakin kalau dia adalah yang terbaik untukku.
Aku juga percaya bahwa segala sesuatu yang telah Dia tuliskan untukku di Lauh Mahfudz itu adalah yang terbaik untukku.

Ya Alloh... Masih bolehkah aku meminta?
Aku ingin pemilik nama yang telah Kau tuliskan untukku itu adalah orang yang baik.
Orang yang mampu membimbingku agar aku selalu di jalan Mu, mengingatkan kekhilafanku ketika aku melakukan kekhilafan, dan menerima diriku apa adanya.

Hatiku sering bertanya-tanya:
"Kapan saat indah itu akan terjadi dan kapan pemilik nama yang namanya tlah Kau tuliskan untukku di Lauh Mahfudz itu mengikatku? Mengikatku dalam suatu perjanjian suci yang kokoh, mitsaqan ghaliza?"

Aku yakin jika saat indah itu akan terjadi suatu hari nanti dengan cara yang indah pula.
Ingin aku mengabdi kepadanya dan memuliakannya dengan cintaku yang mungkin tak sempurna ini.